RSS

Arsip Bulanan: April 2011

Paradigma Baru Diabetes sebagai Risiko Penyakit Kardiovaskular

PARADIGMA BARU DIABETES SEBAGAI RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR

Irnizarifka

Staf Fakultas Kedokteran

Universitas Mataram

Penyakit kardiovaskular hingga kini masih menjadi penyakit dengan morbiditas dan mortalitas tertinggi di dunia. Hal ini disebabkan oleh belum ditemukannya manajemen yang memuaskanaHa yang dapat memutus siklus morbiditas pada pasien kardiovaskular yang pada akhirnya akan berujung pada kematian. Banyaknya faktor risiko penyakit kardiovaskular menjadi satu perhatian tersendiri, dimana hal tersebut akan terus menambah kompleksitas manajemen, baik di tingkat promotif, preventif, kuratif, maupun tingkat rehabilitatif. Peran perkembangan pengetahuan dan teknologi di era sekarang ini salah satunya telah memberikan kita wawasan yang lebih akurat berkaitan dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Paradigma baru inilah yang kita harapkan akan terus berkembang dari waktu ke waktu.

Diabetes telah diketahui secara luas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Coronary Heart Disease/Ischaemic Heart Disease (IHD). Diabetes merupakan sebuah kelainan metabolik yang didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemia persisten karena kurangnya ketersediaan atau efektifitas insulin1. Diagnosis ditegakkan dengan kriteria sebagai berikut1,2.

1.      Gejala khas diabetes dengan kadar gula darah sewaktu lebih dari sama dengan 200 mg/dl atau,

2.      Kadar gula darah puasa lebih dari sama dengan 126 mg/dl atau,

3.      Kadar gula darah 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral lebih dari sama dengan 200 mg/dl.

Pedoman tatalaksana (guideline) diabetes terkini memberikan penekanan pada pengontrolan kadar LDL (Low Density Lipid) sesuai dengan target (< 100 mg/dl) kepada semua pasien dengan diabetes, meskipun bukti penelitian terkait dengan angka target tersebut masih belum memuaskan. Akan tetapi, golongan statin yang menjadi agen terapi dinilai memiliki nilai efektifitas dan keamanan yang sangat memuaskan. Meskipun  demikian, penggunaan agen ini sudah seharusnya disesuaikan dengan pertimbangan efek negatif yang mungkin ditimbulkannya pada pasien dengan diabetes3.

Penelitian terbaru oleh Wannamethee dkk. (2011) yang dipublikasikan oleh British Regional Heart Study mengemukakan hal baru terkait dengan diabetes dan efeknya sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular. Studi prospektif yang dilakukan pada 4045 subjek dengan rentang usia 60-79 tahun ini membandingkan efek kelompok early-onset diabetes (terdiagnosa usia < 60 tahun), kelompok late-onset diabetes (terdiagnosa usia lebih dari sama dengan 60 tahun) dan kelompok non-diabetes dengan riwayat MI terhadap risiko kejadian IHD, penyakit kardiovaskular secara keseluruhan serta mortalitas dengan semua sebab (tabel 1)4.

Tabel 1. Diabetes dan Risiko Penyakit Kardiovaskular4

Kejadian

RR pada Grup

Tanpa Diabetes, Tanpa Riwayat MI

RR pada Grup

Early-onset Diabetes

RR pada Grup

Late-onset Diabetes

RR pada Grup

Tanpa Diabetes, dengan Riwayat MI

Coronary

Heart

Disease

1,0

2,39

(1,41-4,05)

1,54

(1,07-2,21)

2, 51

(1,88-3,36)

Major Cardiovascular Disease

1,0

2,08

(1,33-3,25)

1,37

(1,01-1,84)

2,17

(1,71-2,77)

All-cause Mortality

1,0

1,68

(1,19-2,38)

1,31

(1,06-1,62)

1,48

(1,22-1,78)

Dari hasil tersebut, diketahui bahwa ketiga kelompok subjek memiliki risiko yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa diabetes, tanpa riwayat MI). Akan tetapi, kelompok late-onset memiliki risiko yang lebih rendah dibanding dengan 2 kelompok lainnya yang memiliki risiko yang hampir sama. Secara statistik, peneliti mendapatkan hasil dimana hanya mereka yang terdiagnosa dengan early-onset diabetes lebih dari 8 tahun yang memiliki peningkatan risiko signifikan terhadap penyakit kardiovaskular dan kematian. Hal ini dikarenakan pada late-onset diabetes, pasien memiliki fungsi sel beta yang masih baik serta kemungkinan kecil terjadinya resistensi insulin4.

Penelitian lain terfokus pada penggunaan obat diabetes oral. Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan metformin memiliki tingkat risiko kejadian penyakit kardiovaskular yang lebih rendah bila dibandingkan dengan beberapa golongan sulfonilurea. Lebih dari 107.000 subjek diteliti secara kohort prospektif menggunakan monoterapi metformin (grup kontrol), glibenklamid, glimepirid, glipizid, tolbutamid, glicazid dan repaglinid yang dimulai antara tahun 1997 hingga 2006. Hasil yang didapatkan seperti tabel 2 berikut5.

Tabel 2. Tingkat Risiko OAD terhadap All-cause Mortality5

Jenis

Agen Sulfonilurea

RR pada Grup

Tanpa Riwayat MI

RR pada Grup

Dengan Riwayat MI

Glimepirid

1,27

(1,18-1,36)

1,30

(1,08-1,57)

Glibenklamid

1,13

(1,02-1,25)

1,34

(1,03-1,75)

Glipizid

1,16

(1,03-1,30)

1, 58

(1,19-2,09)

Tolbutamid

1,12

(0,99-1,26)

1,46

(1,06-2,01)

Glicazid

1,05

(0,91-1,21)

0,85

(0,61-1,17)

Repaglinid

1,00

(0,78-1,29)

1,15

(0,68-1,98)

Hasil yang didapatkan sangat memberi makna, dimana hampir semua sulfonilurea memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi daripada penggunaan metformin sebagai agen terapi tunggal. Penggunaan tolbutamid pada pasien tanpa riwayat MI, penggunaan glicazid dan penggunaan repaglinid memiliki risiko sebanding dengan penggunaan metformin. Akan tetapi, penting untuk dicatat bahwa penggunaan plasebo menunjukkan risiko yang jauh lebih tinggi melampaui penggunaan golongan sulfonilurea. Penggunaan metformin sendiri dikaitkan dengan penurunan 40% risiko penyakit kardiovaskular dan kematian5.

Diteliti lebih lanjut secara statistik, ditemukan hazard ratio untuk all-cause mortality pasien tanpa riwayat MI pada kelompok glimepirid, glibenklamid, glipizid dan tolbutamid bila dibandingkan dengan metformin secara bururutan adalah 32%, 19%, 27% dan 28% (p<0,001). Sedangkan kelompok glicazid dan repaglinid menunjukkan hasil yang tidak signifikan5.

Kedua penelitian di awal tahun 2011 ini menunjukkan hasil yang sangat konstruktif dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama endokrinologi dan kardiologi. Penelitian tersebut diharapkan dapat mendongkrak adanya penemuan konstruktif lain yang diharapkan dapat memberi masukan bermakna pada pedoman tatalaksana yang telah ada.

Daftar Pustaka

1.        Baliga R., Hough R., Haq I. Diabetes. Crash Course Internal Medicine; Part III : 35. Published by Elsevier Mosby.

2.        Fauci A.S., Kasper D.L., Longo D.L., et al. Diabetes Mellitus. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition 2008; chap. 338. Published by McGraw Hills.

3.        Idris I. Diabetes and Cardiovascular Risk Equivalency. Arch Intern Med 2011; 171 : 410-411.

4.        Wannamethee S.G., Shaper A.G., Whincup P.H., et al. Impact of Diabetes on Cardiovascular Disease Risk and All-cause Mortality in Older Men. Arch Intern Med 2011; 171:404-410.

5.        Stiles S. Metformin vs Other Sulfonylureas : CV Risk of Diabetes Drugs. European Heart Journal; 2011.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada April 28, 2011 inci Cardio Articles