RSS

Arsip Bulanan: Desember 2010

Medikasi Jantung dalam Kehamilan

MEDIKASI JANTUNG DALAM KEHAMILAN

Irmitasari, Irnizarifka

Obat-obat jantung atau kardiaka adalah obat-obat yang secara langsung dapat memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu ke keadaan normal. Berdasarkan efeknya atas jantung, kardiaka dapat dibagi dalam 3 (tiga) golongan, yakni :

1. Kardiotonika

Efeknya memperkuat kontraktilitas otot jantung (efek inotrop positif), terutama digunakan pada gagal jantung untuk memperbaiki fungsi pompanya. Kelompok kardiotonika terdiri dari : glikosida jantung (digoksin, metildigoksin, digitoksin), dopaminergika (dopamine, ibopamin, dobutamin) dan penghambat fosfodiesterase (amrinon, milrinon).

2. Obat angina pektoris

Mempunyai daya vasodilatasi atau memperlambat frekuensi jantung. Kelompok obat angina pektoris dibagi menjadi : vasodilator koroner (nitrogliserin, isosorbid-dinitrat, dipiridamol), beta-bloker (sotalol, labetolol), dan antagonis-Ca (nifedipin, verapamil, diltiazem).

3. Antiaritmika

Khasiatnya meniadakan kelainan irama jantung.

Dalam bab ini juga akan dibahas jenis obat lain yang juga penting dalam penyakit jantung dan vaskular, meliputi obat anti hipertensi dan anti trombotik (zat-zat yang digunakan untuk pengobatan atau pencegahan trombosis dan emboli).

 

1. KARDIOTONIKA

a. Glikosida Jantung

Cara Kerja

Khasiat digoksin yang terpenting adalah efek inotrop positif, yakni memperkuat kontraksi jantung, sehingga volume pukulan, volume menit dan diuresis diperbesar, serta jantung yang membesar dapat mengecil lagi. Frekuensi denyutan juga diturunkan (efek kronotrop negatif) akibat stimulasi nervus vagus. Hal ini berbeda dengan banyak zat inotrop positif lain.

Efek pada Wanita Hamil

Wanita hamil boleh menggunakan digoksin dalam dosis normal. Digoksin digunakan untuk mengontrol frekuensi jantung dan memperlama waktu untuk aliran darah ke ventrikel kiri. Sebagian besar ahli menyetujui jika wanita mempunyai risiko fibrilasi atrium atau penyakit jantung mitral dan pembesaran atrium kiri, digoksin diindikasikan.

Dosis : digitalisasi oral 0,25-0,75 mg sehari a.c selama 1 minggu, pemeliharaan 1 dd 0,125-0,5 mg a.c.

 

b. Dopaminergika

Cara Kerja

Dopamin adalah neurotransmiter sentral prekursor adrenalin. Stimulasi dopaminergik mengakibatkan efek yang sama dengan khasiat dopamin, seperti vasodilatasi, memperkuat kontaktilitas jantung, dan penghambat pelepasan adrenalin.

Efek pada Kehamilan

Belum terdapat cukup data mengenai penggunaannya pada wanita hamil.

 

c. Penghambat Fosfodiesterase

Cara kerja

Berkhasiat inotrop positif dan memiliki efek vasodilatasi.

Efek pada Kehamilan

Belum terdapat cukup data mengenai penggunaannya pada wanita hamil.

 

2. OBAT ANGINA PEKTORIS

a. Vasodilator Koroner

Cara Kerja

Berkhasiat relaksasi otot pembuluh darah, bronkus, saluran empedu, lambung dan usus serta saluran kemih.

Efek pada Kehamilan

Penggunaan pada wanita hamil masih belum diketahui efeknya. Namun demikian menurut Roth dan Elkayam, nitrogliserin boleh digunakan pada keadaan miokard infark dengan pengawasan tekanan darah secara ketat.

b. Beta Bloker

Cara Kerja

Zat ini memperlambat pukulan jantung (bradikardi, efek kronotrop negatif). Di samping itu juga dapat meningkatkan peredaran darah karena bradikardi akan memperpanjang waktu diastole.

Efek pada Kehamilan

Baik digunakan sebagai terapi untuk peripartum kardiomiopati, ventrikuler takikardia, Q-T interval prolongation, miokard infark dan takiaritmia.

Dosis : kasus aritmia per-oral 2 dd 80 mg, berangsur-angsur dinaikkan sampai maksimal 2 dd 160 mg. Kasus hipertensi dan angina 1 dd 160 mg.

c.  Antagonis Kalsium

Cara Kerja

Zat ini memblok Calcium-channels di otot polos arterial dan menimbulkan relaksasi dan vasodilatasi perifer (efek kronotrop negatif).

Efek pada Kehamilan

Nifedipin merupakan anti hipertensi lini pertama pada preeklampsia berat, namun tidak boleh digunakan pada wanita hamil yang mempunyai penyakit jantung. Antagonis Ca juga boleh digunakan pada kasus miokard infark dan takiaritmia.

Dosis Nifedipin : 10-20 mg per-oral diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg dalam 24 jam.

 

3. ANTIARITMIKA

a. Kuinidin

Berefek pada stabilisasi membran, anti kolinergis, kronotrop negatif dan inotrop negatif. Wanita hamil tidak boleh menggunakan zat ini karena bersifat teratogenik.

b. Amiodaron

Berkhasiat anti aritmia, anti adrenergis dan vasodilatasi. Wanita hamil tidak boleh menggunakan amiodaron karena dapat menyebabkan struma pada janin.

c. Lidokain

Anestetikum lokal ini berkhasiat anti aritmia berdasarkan stabilisasi membran. Tetapi, berbeda dengan kinin, masa refrakter dan penyaluran impulsnya dipersingkat tanpa mengurangi daya kontraksi jantung. Aman digunakan pada wanita hamil, contohnya pada miokard infark.

Dosis : 300 mg i.m atau 50-100 mg i.v dalam 1-2 menit, jika perlu diulang setelah 5-10 menit. Langsung dilanjutkan dengan infus 200-300 mg/jam.

OBAT JENIS LAIN

I. Anti Hipertensi

Pemberian antihipertensi pada preeklampsia ringan maupun berat masih menjadi kontroversi, karena Duley dan beberapa peneliti lain menyimpulkan tidak jelas kegunaannya. Ada juga yang berpendapat bahwa anti hipertensi baru digunakan jika ditemukan tanda janin prematur, absence of fetal compromise, dan pengawasan ketat pada pasien.

Di sisi lain Hendorson menyimpulkan bahwa sampai didapatkan bukti yang lebih teruji, maka pemberian anti hipertensi diserahkan pada klinikus masing-masing. Ini berarti sampai sekarang belum ada antihipertensi yang terbaik untuk pengobatan anti hipertensi pada kehamilan.

Obat anti hipertensi dapat dikelompokkan menjadi:

a. Diuretika

Cara Kerja

Diuretik meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun.

Efek pada kehamilan :

Diuretik akan mengganggu volume plasma sehingga memperburuk perfusi organ dan  aliran darah utero-plasenta sehingga tidak boleh digunakan.

b. Alfa-reseptor bloker

Cara kerja

Zat ini memblok reseptor alfa adrenergik yang terdapat di otot polos pembuluh darah, khususnya pembuluh kulit dan mukosa.

Efek pada kehamilan

Belum terdapat cukup data mengenai penggunaannya pada wanita hamil.

c. Beta bloker

Cara kerja

Anti adrenergik dengan jalan menempati secara bersaing reseptor β adrenergik.

Efek pada kehamilan

Beta bloker pada umumnya tidak boleh digunakan karena mengurangi penyaluran darah melalui plasenta sehingga dapat merugikan perkembangan janin. Namun penggunaan labetolol (trandate) pada akhir kehamilan dianggap aman. Labetolol merupakan beta bloker tidak selektif yang juga bersifat α1-bloker. Berbeda dengan beta bloker lain, labetolol tidak berdaya inotrop negatif atau memperlihatkan waktu laten, karena α1-blokade menyebabkan vasodilatasi langsung secara cepat. Atenolol tidak boleh dipergunakan karena beberapa penelitian menunjukkan hubungannya dengan kejadian hambatan pertumbuhan janin dan berat badan lahir rendah.

Dosis labetolol : 20-80 mg bolus i.v.

d. Obat-obat Susunan Saraf Pusat

Cara kerja

Menstimulasi reseptor α2-adrenergik yang banyak terdapat di SSP. Melalui perangsangan ini, aktifitas saraf adrenergik perifer berkurang.

Efek pada kehamilan

Metildopa (Dopamet, Aldomet) dapat digunakan, karena metildopa mengurangi resistensi perifer tanpa banyak mengubah denyut jantung dan curah jantung, sehingga metildopa dianggap aman dan efektif, terutama untuk terapi hipertensi kronis.

Ferrer menyimpulkan bahwa penggunaannya pada trimester pertama tidak ada hubungannya dengan kelainan janin. Obat-obat lain belum memiliki cukup data, namun beberapa referensi beranggapan klonidin aman digunakan.

Dosis metildopa : 3 x 500 mg, dosis maksimal 3 gram per hari, dengan dosis permulaan 2 x 250 mg.

Dosis klonidine (Catapres): 1 ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan garam faal atau larutan air.

e. Antagonis Kalsium

Cara kerja

Zat ini menghambat pemasukan ion-Ca ekstrasel ke dalam sel sehingga mengurangi penyaluran impuls dan kontraksi miokard serta dinding pembuluh.

Efek pada kehamilan

Nifedipin (Adalat/Retard/Oros) merupakan anti hipertensi lini pertama pada preeklampsia berat, sedangkan nimodipin (Nimotop) memiliki kontraindikasi mutlak pada kehamilan. Nifedipin digunakan untuk hipertensi berat dan secara luas digunakan pula sebagai tokolitik , namun tidak boleh digunakan pada wanita hamil yang mempunyai penyakit jantung dan wanita dengan kehamilan ganda.

Dosis Nifedipin: 10-20 mg per oral diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg dalam 24 jam.

Nifedipin tidak boleh digunakan sublingual karena memiliki efek vasodilatasi sangat cepat.

f. Penghambat RAAS (Penghambat ACE dan AT II Receptor Bloker)

Cara kerja

Zat ini menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi daya tahan pembuluh perifer dan vasodilatasi.

Efek pada kehamilan

Wanita hamil tidak boleh menggunakan ACE inhibitor maupun AT II-bloker karena bersifat teratogenik terutama bila obat digunakan ibu selama 2 trimester terakhir. Penghambat ACE menyebabkan fetus mengalami gagal ginjal berkepanjangan, penurunan osifikasi tempurung kepala, dan disgenesis tubulus renal. Pada 3 bulan pertama kehamilan, ACE inhibitor dan angiotensin II dapat menyebabkan hipoplasia paru dan ginjal serta hipokalvaria antagonis reseptor. Jika diberikan setelah 3 bulan pertama dapat menyebabkan oligohidramnion, retardasi pertumbuhan, hipoplasia paru dan ginjal, anuria, hipotensi, serta hipokalvaria.

g. Vasodilatator

Cara kerja

Berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap arteriole.

Efek pada kehamilan

Hanya hidralazin yang aman digunakan, sedangkan dihidralazin dan minoxidil belum tersedia cukup data. Hidralazin adalah vasodilator langsung pada arteriole yang menimbulkan refleks takikardia, peningkatan cardiac output, sehingga memperbaiki perfusi utero-plasenta. Namun ada pendapat bahwa  sodium nitroprusside dan diazokside dapat digunakan sebagai anti hipertensi lini kedua pada preeklampsia berat.

Dosis Hidralazin dosis awal 5 mg bolus, jika tekanan darah turun 20-30 menit stelah pemberian awal, ulangi dengan dosis yang sama atau naikkan menjadi 10 mg tiap 20-30 menit.

Sodium Nitroprusside 0,25 µg iv/kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25 µg iv/kg/ 5 menit

Diazokside 30-60 mg iv/5 menit; atau iv infus 10 mg/menit/dititrasi.

II. Trombolitik

Adalah zat-zat yang digunakan untuk terapi dan prevensi trombosis.

a. Heparin

Berkhasiat menetralkan trombin dengan segera. Heparin yang tidak difraksionisasi merupakan pengobatan pilihan untuk tromboembolisme akut. Heparin tidak melewati plasenta, dengan demikian tidak bersifat teratogenik. Unfractioned heparin (UFH) dosis rendah masih menjadi kontroversi untuk  digunakan pada wanita hamil. Beberapa ahli menemukan kematian pada wanita yang menggunakan heparin dosis rendah, namun beberapa penelitian menyarankan penggunaan unfractioned heparin selama kehamilan sampai 6-12 minggu paska persalinan. Setelah kelahiran, warfarin oral dapat digunakan. Heparin harus diberikan secara intravena atau subkutan untuk menjaga agar PTT menjadi 1,5-2,0 x normal.

Heparin juga baik digunakan pada atrial flutter atau atrial fibrillation jika fibrilasi menetap dan menjadi kronis saat kehamilan, terutama jika terdapat mitral stenosis.

Heparin dengan berat molekul rendah juga aman, namun efektivitasnya dalam kehamilan belum dapat divalidasi. Akibat waktu paruhnya yang panjang dan resistensinya, beberapa pihak menyarankan mengkonversi LMWH menjadi UFH pada usia gestasi 35-36 minggu.

b. Warfarin

Khasiat anti koagulannya berdasarkan mekanisme saingan dengan vitamin K. Terutama digunakan untuk prevensi sekunder infark otak dan jantung. Reimold dan Rutherford menyarankan penggunaannya selama kehamilan sampai usia kehamilan 36 minggu. Namun beberapa peneliti menyimpulkan, warfarin bersifat teratogenik dan dapat menyebabkan abortus dan malformasi janin.

 

 

 

Daftar Pustaka

 

  1. Brunton L.L., Lazo J.S., Parker K.L. 2006. Goodman and Gilman’s the Pharmacological Basis of Therapeutics 11th Edition. McGraw Hill Medical Publishing Division.
  2. Cunningham dkk. 2010. Williams Obstetric 23rd Edition. Medical and Surgical Complication of Cardiovascular Disease. United States of America : The McGraw Hill Companies. 958-978.
  3. Danakas,G.T. 2007. The Care of The Gynecologic and Obstetric Patient 2nd edition. High Risk Obstetric. Philadelphia : Mosby Inc. 437-440.
  4. Ganiswarna, S.G. Farmakologi dan Terapi. Antihipertensi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  5. Jones, Llewellyn, D. 2002. Dasar- Dasar Obstetri dan Ginekologi. Gangguan Kardiovascular. Jakarta : Hipocrates. 118-119.
  6. Mc. Phee, S.J, Papadakis, M.A. 2009. Current Medical Diagnosis and Treatment. Cardiovascular Complications of Pregnancy. California : McGraw-Hill Companies. 374.
  7. Mc. Phee, S.J, Papadakis, M.A. 2009. Current Medical Diagnosis and Treatment. Systemic Hypertension. California : McGraw-Hill Companies. 697.
  8. Norwitz, E., Schorge, J. 2008. At a Glance Obstetri and Gynecology. Penyakit Kardiovaskular dalam Kehamilan. Jakarta : Erlangga. 92-93.
  9. Opie L.H., Gersh B.J. 2009. Drugs for the Heart 7th Edition. Saunders Elsevier.
  10. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Obat pada Perempuan Hamil dan Janinnya. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 67-80.
  11. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Hipertensi dalam Kehamilan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 67-80.
  12. Tjay, T.H, Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Obat- Obat selama Kehamilan dan Laktasi. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 538-565.
  13. Tjay, T.H, Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Obat Jantung. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 585-606.
  14. Tjay, T.H, Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Antihipertensiva. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 538-565.
 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Desember 29, 2010 inci Cardio Articles